Sunday, February 04, 2018

Stop Worrying




Beberapa hari ini gue banyak banget mempertanyakan hal-hal yang gue sendiri kadang kesel buat cari jawabannya, selain itu gue melontarkan rentetan keluhan terhadap apa yang gue berada di dalamnya saat ini. Keluhan yang mengarah kepada kritik-kritik atas ketidakpuasan terhadap suatu hal yang benar-benar perlu ada perbaikan, sangat mengkhawatirkan jika mempertahankan kenyamanan dalam hal yang sebenarnya salah. Bahkan ada yang lebih berbahaya, yakni berdiam diri dengan kesadaran mengetahui bahwa hal itu salah dan tidak mau bertindak sedikit pun untuk menyangkal bahkan lebih jauhnya melakukan perbaikan, paling tidak langkah kecil saja sudah baik.

[Manusia terlampau banyak menormalisasi hal-hal yang faktanya tidak benar, sehingga ketika kenyamanan menyelimuti ketidakbenaran tersebut otak manusia mematenkan bahwa hal itu wajar-wajar saja, dan selanjutnya penyimpangan terjadi dimana-mana.]

Pikiran gue banyak mempertanyakan mengenai ketepatan dalam mengambil keputusan serta akibat besar atas pengambilan keputusan-keputusan tersebut. Akibat yang bukan hanya berlaku untuk si pengambil keputusan, namun mencangkup ranah yang lebih luas seperti melibatkan bumi dan yang ada di dalamnya. Karena yang seringkali secara sadar atau tidak, manusia lupa bahwa perlu menata hidup keseluruhan (mengelola bumi dengan baik), bukan hanya menata sebaik mungkin kehidupan pribadi dan family sahaja.

Mempertanyakan seberapa sehat sikap bertanggung jawab yang gue punya. Bertanggung jawab dari hal yang manusia kebanyakan bilang itu sepele sampai dengan bertanggung jawab terhadap hal-hal yang lebih besar.

Hmmmm

Mari lanjutkan ...

Hari ke hari gue terus mengumpulkan jawaban atas pertanyaan yang bejibun di otak, sambil merefleksi diri dan mengevaluasi segala aspek kehidupan. Gue lakukan ini secara serius dan menyeluruh (kalian juga perlu lakukan ini trust me), dimulai dari gue di Sekola Dasar sampai saat ini usia 21 tahun. Rasa syukur, bahagia, kecewa, penyesalan, sedih, dan banyak rasa lainnya yang hadir menemani dalam edisi muhasabah kali ini. 

Banyak men, seriusan banyak banget yang perlu diperbaiki, macam fix priorities, niat yang dipakai dalam menjalani hidup setiap harinya, tujuan-tujuan dari apa yang sedang dilakukan saat ini, prinsip-prinsip yang perlu dipertahankan, plus minus pengembangan diri sejauh ini, dan langkah-langkah yang ingin ditempuh lebih jauh lagi. Gue bisa katakan momen ini adalah deklarasi perdamaian terbesar dengan diri gue (jabat tangan dah tuh).

Mempercantik hal-hal yang gue sebutkan sebelumnya menghasilkan keinginan akan mengambil keputusan besar. Keputusan yang tidak mudah untuk orang lain yang bersangkutan dengan keputusan ini menerimanya begitu saja. Bahkan gue sudah memperkirakan jikalau dikemudian hari serius mengambil keputusan tersebut, mereka-mereka yang tidak memiliki pemahaman serius akan dengan mudah membodoh-bodohi.

[Sepertinya tulisan ini akan berlanjut di postingan yang akan datang dan entah kapan, btw mending mempersiapkan diri kalau-kalau benar gue sampai ambil keputusan tersebut.]

Jadi sebenarnya apa sih yang mendasari gue mempertanyakan begitu banyak hal, dan melakukan reparasi di segala aspek.

Kalian pasti tahu kadang ketika manusia sedang berada dalam keadaan yang terhimpit, disitulah pemikiran-pemikiran yang lebih baik dan tak terduga pop up begitu saja entah dari mana mereka berasal. Tapi Lebih tepatnya ada momen-momen dengan intensitas tinggi gue merasa khawatir dan takut akan suatu hal yang gue gak ingin hal itu terjadi, tapi malah terjadi nantinya. Apalagi jika besarnya persentase mengarah agaknya itu akan terjadi. 

Padahal ya kepada siapa kita bertumpu dalam kehidupan di bumi ini, itulah sumber kekuatan untuk mencekal rasa khawatir dan takut yang ada.

“... dan tidak satupun makhluk bergerak di bumi melainkan dijamin Allah rezekinya” (QS. Hud, ayat 6).

“dan kepunyaan Allah kepimilikan segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan”(QS. Al-imran, ayat 109)


Dan masih begitu banyak lagi surat cinta dari Allah subhanahu wa ta'ala untuk menenangkan manusia di bumi, tidak usah merasa takut akan apapun karena memang benar adanya bahwa segalanya yang menyangkut diri kita sudah dijamin oleh Tuhan dengan sebaik-baiknya.


Merasa berdosa jika meragukan hari esok, entah itu rasa takut atau merasa tidak sanggup akan hal-hal yang rumit. Kemungkinan perilaku-perilaku seperti itu justru telah membuat Tuhan tersinggung.


Jalan yang paling tepat adalah mengembalikan semuanya kepada yang MahaKuasa. Jangan pernah ragu mengadu kepada-Nya, sebab ngadu sama manusia kebanyakan sia-sia.