Beberapa hari ini gue banyak banget mempertanyakan hal-hal yang
gue sendiri kadang kesel buat cari jawabannya, selain itu gue melontarkan rentetan keluhan terhadap apa yang gue berada di dalamnya
saat ini. Keluhan yang mengarah kepada kritik-kritik atas
ketidakpuasan terhadap suatu hal yang benar-benar perlu ada perbaikan, sangat
mengkhawatirkan jika mempertahankan kenyamanan dalam hal yang sebenarnya salah. Bahkan ada yang lebih berbahaya, yakni berdiam diri dengan kesadaran mengetahui
bahwa hal itu salah dan tidak mau bertindak sedikit pun untuk menyangkal bahkan lebih jauhnya melakukan perbaikan, paling tidak langkah kecil saja sudah baik.
[Manusia terlampau banyak menormalisasi hal-hal yang faktanya tidak benar,
sehingga ketika kenyamanan menyelimuti ketidakbenaran tersebut otak manusia
mematenkan bahwa hal itu wajar-wajar saja, dan selanjutnya penyimpangan
terjadi dimana-mana.]
Pikiran gue banyak mempertanyakan
mengenai ketepatan dalam mengambil keputusan serta akibat
besar atas pengambilan keputusan-keputusan tersebut. Akibat yang bukan hanya berlaku untuk si pengambil keputusan, namun
mencangkup ranah yang lebih luas seperti melibatkan bumi dan yang ada di dalamnya. Karena yang seringkali secara sadar atau tidak, manusia lupa bahwa perlu menata
hidup keseluruhan (mengelola bumi dengan baik), bukan hanya menata
sebaik mungkin kehidupan pribadi dan family sahaja.
Mempertanyakan
seberapa sehat sikap bertanggung jawab yang gue punya. Bertanggung jawab dari
hal yang manusia kebanyakan bilang itu sepele sampai dengan bertanggung jawab terhadap hal-hal yang lebih besar.
Hmmmm
Mari lanjutkan ...
Hari ke hari
gue terus mengumpulkan jawaban atas pertanyaan yang bejibun di otak, sambil
merefleksi diri dan mengevaluasi segala aspek kehidupan. Gue lakukan ini secara serius dan menyeluruh (kalian
juga perlu lakukan ini trust me), dimulai dari gue di Sekola Dasar sampai saat ini usia 21 tahun. Rasa syukur,
bahagia, kecewa, penyesalan, sedih, dan banyak rasa lainnya yang hadir menemani
dalam edisi muhasabah kali ini.
Banyak men, seriusan banyak banget yang perlu diperbaiki, macam fix priorities, niat yang dipakai dalam menjalani hidup setiap
harinya, tujuan-tujuan dari apa yang sedang dilakukan saat ini, prinsip-prinsip yang perlu dipertahankan, plus minus pengembangan diri sejauh ini, dan langkah-langkah
yang ingin ditempuh lebih jauh lagi. Gue bisa katakan momen ini adalah deklarasi
perdamaian terbesar dengan diri gue (jabat tangan dah tuh).
Mempercantik
hal-hal yang gue sebutkan sebelumnya menghasilkan keinginan akan mengambil keputusan besar. Keputusan yang tidak mudah untuk orang lain yang
bersangkutan dengan keputusan ini menerimanya begitu saja. Bahkan gue sudah
memperkirakan jikalau dikemudian hari serius mengambil keputusan tersebut,
mereka-mereka yang tidak memiliki pemahaman serius akan dengan mudah
membodoh-bodohi.
[Sepertinya
tulisan ini akan berlanjut di postingan yang akan datang dan entah
kapan, btw mending mempersiapkan diri kalau-kalau benar gue sampai ambil keputusan
tersebut.]
Jadi sebenarnya apa sih
yang mendasari gue mempertanyakan begitu banyak hal, dan melakukan reparasi di
segala aspek.
Kalian pasti tahu kadang
ketika manusia sedang berada dalam keadaan yang terhimpit, disitulah
pemikiran-pemikiran yang lebih baik dan tak terduga pop up begitu saja entah dari mana mereka berasal. Tapi Lebih tepatnya
ada momen-momen dengan intensitas tinggi gue merasa khawatir dan takut akan
suatu hal yang gue gak ingin hal itu terjadi, tapi malah terjadi nantinya. Apalagi jika besarnya persentase mengarah agaknya itu akan terjadi.
Padahal ya kepada siapa kita bertumpu dalam kehidupan di bumi ini, itulah sumber kekuatan untuk
mencekal rasa khawatir dan takut yang ada.
“... dan tidak satupun makhluk bergerak di bumi
melainkan dijamin Allah rezekinya” (QS. Hud, ayat 6).
“dan kepunyaan Allah kepimilikan
segala yang ada di langit dan yang ada di bumi, dan kepada Allah-lah
dikembalikan segala urusan”(QS. Al-imran, ayat 109)
Dan masih begitu banyak lagi surat
cinta dari Allah subhanahu wa ta'ala untuk menenangkan manusia di bumi, tidak
usah merasa takut akan apapun karena memang benar adanya bahwa segalanya yang
menyangkut diri kita sudah dijamin oleh Tuhan dengan sebaik-baiknya.
Merasa berdosa jika meragukan hari esok, entah itu rasa takut atau merasa tidak sanggup akan hal-hal yang rumit. Kemungkinan
perilaku-perilaku seperti itu justru telah membuat Tuhan tersinggung.
Jalan yang paling tepat adalah mengembalikan semuanya kepada yang MahaKuasa. Jangan pernah ragu mengadu kepada-Nya,
sebab ngadu sama manusia kebanyakan sia-sia.
No comments:
Post a Comment