Wednesday, May 13, 2020

10 Days Left


Gimana Ramadhan kalian?, gimana program baca Quran lo pada? ada buat program khusus Ramadhan kah?.

Tepat pukul 20.38 WIB di 18 ramadhan (2020-05-11) malam, gue pindah dari program pertama ke program kedua. Program-program tersebut khusus dibuat untuk baca Qur’an selama Ramadhan. Program kedua beisi tilawah di pagi hari atau selepas subuh dan baca terjemahannya di waktu selepas melaksanakan tarawih. Karena gue awal Ramadhan kemarin sedang dalam masa period bisa dibilang lumayan ketinggalan untuk start tilawah, maka dari itu diprogram pertama gue buat akselerasi untuk mengejar ketertinggalan supaya bisa nyusul teman-teman dan bisa khatam di pertengahan Ramadhan.

Di 19 Ramadhan (2020-05-12) malam, gue mulai baca terjemahan dari tilawah yang dibaca paginya. Dipertengahan baca gue menemukan quotes yang keren banget dari potongan ayat, quotes yang bisa nge-boost kalau lagi di situasi atau mood yang kurang baik. Quotes ini dari potongan ayat 26 Al-Baqarah, bagian akhirnya sungguh relate.


مَنْ ءَامَنَ بِٱللَّهِ وَٱلْيَوْمِ ٱلْءَاخِرِ وَعَمِلَ صَٰلِحًا فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ 
“Siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan melakukan kebajikan, mereka akan menerima pahala dari Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.


Hari ini 20 Ramadhan (2020-05-13) beneran dipake quotesnya ditambah sambil dengerin bacaan doa qunutnya Ust. Hanan Attaki di YouTube jadi bikin perpaduan yang membuat jiwa makin tenang. Btw dari hari ini, 10 days left dong menuju exam. Iya, di lebaran nanti gue ada exam. Aneh banget kan (di Indonesia mah jelas tabu) dan papi hulk juga aneh karena gue minta tolong dianterin ke stasiun atau ke lokasi langsung pas nanti D-Day (ini tergantung situasi, di jabodetabek transportasi jadi sulit karena kebijakan baru untuk menekan angka yang terpapar Covid-19). Kenapa bisa dipake tuh quotes hari ini, karena tiba-tiba parno untuk exam nanti. Takut ini itu, takut hasil gak sesuai lah, takut datang telat lah (transport problems), atau takut yang lain. Hadeh padahal kalau dipikir-pikir ini baru awal dari persiapan yang nantinya akan ada hal yang lebih sulit dari pada exam itu. Dimana pastinya akan lebih menguras tenaga, pikiran, emosi, kantong, dan sebagainya.

Berhubungan dengan quotes di atas. Ini menarik banget, karena kadang manusia tuh gampang parno sama hal-hal yang seharusnya biasa aja. Kaya gini-gini harus sering dikurangi dan dibenahi karena nanti jadinya malah kebiasaan. Bukan terhadap hal kecil saja bahkan kalau pun hal besar jangan terlalu ditakuti banget. Yang lebih baik dipersiapkan dengan matang dicari solusinya biar ketakutan itu gak jadi nyata kemudian. Dari quotes di atas juga bisa jadi sumber kebahagiaan seorang muslim, lah kenapa bisa. Karena jika diibaratkan lo gak punya rumah mewah, gak ada jabatan keren, gak punya penghasilan banyak, gak bisa makan daging wagyu tiap hari atau apalah yang nikmat-nikmat dunia asal lo beriman dengan sebaik-baiknya iman dan berbuat hal baik udah cukup jadi kebahagiaan seorang muslim. Ini serius gengs jangan jual kehidupan di dunia yang di Quran ibarat hanya satu atau setengah hari dengan abadinya akhirat. Manusia bebas mau berprofesi seperti apa atau bercita-cita apapun asal dalam ranah kebaikan, sulit sih tapi jangan berhenti minta dibimbing.

Semoga Allah ﷻ kasih gue, lo dan semuanya bimbingan terbaik untuk habiskan waktu di bumi dengan banyak kebermanfaatan. Dan mohon doanya semoga exam gue dan lain hal lancar jaya sesuai harapan. أمين

**Good video



Thursday, April 23, 2020

Dr. Sutejo Atmowasito Part II


pinggir jalan depan rumah beliau (Cimahi, Bandung Barat)



Part I silahkan dibaca dulu biar gak nyasar.

Oke lanjut, karena rasa kepengen berbincang secara personal dengan beliau sudah meluap-luap maka gue ajak teman se-frekuensi Berlin merencanakan berkunjung ke rumah beliau. Pagi-pagi pukul 08.33 a.m (2018/04/15), tanpa lama-lama gue memberanikan diri mengontak beliau via sms meminta izin mau berkunjung ke rumahnya dengan tujuan belajar serta berbincang untuk menambah wawasan (ce ilah gaya banget). Seharian menunggu balasan, gue kira gak akan di approved ternyata tepat pukul 18.13 p.m, sms balasan masuk. Yes, izin berkunjung has been released. Sebegitu senangnya gue, pun Berlin sama excited-nya. Pada saat menentukan hari apa mau berkunjung sempat bingung, karena gue usul untuk kasih tahu anak kelas lainnya siapa tahu ada yang mau ikut. Alasannya satu karena gua gak mau ribet nantinya, gak mau pas nanti kelas beliau terus beliau bahas bahwa gue dan Berlin berkunjung terus beliau tanya kenapa yang lain gak ikut lalu anak-anak lain bersorak “kita gak di kasih tahu pak”, males kan. Tapi usul diurungkan karena gak ada yang mau share di grup kelas.


Alamat lengkap sudah di tangan, Senin pukul 16.40 p.m (2018/04/23) sehabis balik kerja langsung cus berangkat. Biasanya yang bawa motor gue, tapi destinasi kala itu baru pertama kali maka alangkah baiknya orang asli Cimahi saja yang mengemudi. Perjalanan tak semulus kepercayaan gue terhadap Berlin. Kesasar bukan main. Putar balik arah beberapa kali, nanya stranger yang isinya kumpulan anak cowok lagi pada nongkrong (tidak secara harfiah), dan saat sadar ternyata lokasi kesasarnya deket banget sama rumah beliau berasa bodoh banget. Alasan kenapa bisa kesasar, sesimpel karena Berlin salah ambil jalan. Ternyata ada dua jalan untuk tiba di alamat, pertama jalan yang cepat kedua jalan yang 3x lebih lama dari jalan pertama ditambah ada part jalan yang gelap banget dan sedikit menanjak. Bisa ditebak Berlin pilih jalan yang mana di sesi pertama berkunjung kala itu. Tapi setiap kejadian insya Allah selalu ada hikmah di baliknya. Bener banget, mungkin jikalau saat itu gak telat pasti tidak akan mendapatkan pelajaran yang benar-benar membekas sampe saat ini (bukan berarti telat itu baik ya).


Gue dan Berlin sampai rumah beliau hampir mau pukul 19.__ p.m. Takut dan sangat merasa tidak enak, bahkan awalnya kita tidak mau membawa diri sampai ke rumah beliau dengan mengganti memberi kabar via sms serta meminta maaf bahwa kita tidak bisa datang karena kesasar dan balik lagi. Tapi rasanya itu opsi yang tidak tepat, lalu dengan rasa malu yang luar biasa kami mengucap salam di depan rumah beliau. Istrinya menyabut selepas menjawab salam dengan langsung berkata “Ini yang mau ketemu sama bapak ya, kenapa baru datang bapak sudah menunggu lama dari tadi”, sambutan yang berasa tamparan. Gua dan Berlin masuk menghampiri beliau langsung salim dan meminta maaf sejadi-jadinya lalu menjelaskan alasan kita telat. Kala itu bapak duduk di sofa yang tidak terlalu tinggi, lalu posisi gue dan Berlin duduk pakai lutut (kaya posisi sinden) di lantai dengan wajah dan
body language yang penuh rasa bersalah, kebayang kan. Bisa dibilang ini adalah rasa bersalah terbesar kedua dalam hidup, songong banget gue membuat orang berilmu yang sudah sangat sepuh seperti beliau menunggu kita yang tidak ada apa-apanya ini dengan sabar. Setelah clear bapak mengungkapkan bahwa dia selalu memegang prinsipnya dengan baik sedari muda. Jika ada janji temu atau janji apapun bapak selalu tidak pernah membuat orang lain menunggu, karena beliau benar-benar disiplin dalam hal apapun termasuk yang paling penting tentang waktu. Kunjungan pertama  memberikan kesan yang kurang baik, tapi membekali pembelajaran yang sangat berdampak bagi gue khususnya. Kenapa, karena di dalam ungkapan kala itu beliau menampar dengan mengatakan bahkan jika kalian (gue dan Berlin) hingga pukul 24.00 p.m pun belum datang dan tanpa mengonfirmasi apapun bapak akan tunggu sampai kalian memberikan konfirmasi. Kedepannya gue gak mau telat kepada siapapun (tears).


Setelah bercakap-cakap sedikit beliau menyuruh kita balik, pertemuan pertama tidak dilanjutkan ke sesi belajar dan berbincang tentang topik yang lebih berat serta hal-hal yang sudah lama ingin ditanyakan harus di tahan dulu di
next kunjungan.

Wajah bersalah masih nempel selama perjalanan balik, lumayan membuat lemas karena emang belum makan juga. Kita memutusakan berhenti dulu untuk makan sambil bahas santai kejadian tadi. Kedai Ramen Aboy yang kata Berlin terkenal di seantero Cimahi menjadi pilihan, sayangnya karena sudah lumayan malam jadi menu bestseller-nya sisa satu yaitu Ramen Aboy Original. Gue mengalah biar Berlin pesan itu dan gue pesan menu yang ada aja  yakni Nasi Ayam Pedas. Heran, nih anak bukan ngalah sama gue, harusnya gue yang pesan menu best seller karena bukan orang Cimahi alhasil sampai sekarang gak tahu tuh rasa ramennya Ramen Aboy kaya apa.


Next kunjungan alias kunjungan kedua alhamdulillah berjalan lancar, saking lancarnya sampai lupa waktu. Selesai pukul 22:00 p.m mungkin kalau tidak peduli waktu dan beliau sudah sepuh gak akan berhentikan saking asiknya. Gue dan Berlin benar-benar berselancar bebas menanyakan apapun yang kita ingin tahu. Berbincang salah satu isu internasional yang tak kunjung selesai, tebak-tebakan mengenai cara beliau bisa selalu up to date setiap kejadian baik dalam dan luar negeri dan kerennya informasi tersebut utuh menyeluruh tertanam di memori beliau (cara ini rahasia haha), ada belajar bahasa inggris, pembelajaran hidup, curhat-cuhat kecil tentang keinginan besar dimasa depan, dikasih pinjam buku-buku jadul beliau untuk belajar, dan banyak banget hal berharga lainnya yang gue dapat.


Kunjungan ketiga terhambat atas kebodohan berdua, saat itu yang pakai helm cuman gue. Sebelum berangkat sempat ragu pakai helm satu doang, Berlin bilang kayaknya gak akan ada razia (ingat helm bukan melindungi dari razia saja tapi untuk keselamatan). Baru sampai Cimahi Mall yang berjarak 2.5 km dari kosan gue alias 5 menit jalan ternyata dari jauh ada ibu polwan melambaikan tangan dan kita malah ngakak sejadi-jadinya. Apa lagi namanya kalau bukan kena tilang. Tidak sampai disitu, saat di per-empatan mau belok ke Jl. Kolonel Masturi gue melihat dari jauh ada polisi lagi, tapi berkat kendara yang akan belok ramai sekali jadi kita tidak terlihat dan berhasil menyelinap dari pandangan pak polisi.


Sampai di rumah beliau dengan selamat bersama surat tilang. Kami melanjutkan belajar seperti kunjungan sebelumnya, sampai di pertengahan belajar ternyata beliau belum makan malam. Istrinya mendengar ada mamang sate lewat dan diberhentikan untuk bapak makan, perbincangan pun di tunda dengan memesan sate untuk beliau, gue dan Berlin (istri beliau sudah makan malam jadi tidak pesan). Kami makan sama-sama sambil sesekali beliau sedikit menyambung perbincangan sebelumnya (senang betul bisa makan malam bareng). Ada hal lucu pas pesan sate, kita niat patungan untuk bayarin makan malamnya bapak. Tapi gak ada uang cash, wajah kami berdua terlihat bingung di depan si ibu (istri bapak) sampai ditanya “yakin ada uangnya gak?”, dan kita jawab sambil cengengesan “ada ibu, tapi mau ke ATM dulu”. Alhasil Berlin dengan kecepatan penuh keluar cari ATM untuk bayar sate dan lontong sebanyak 3 porsi. Selepas makan malam lanjut pembelajaran dan menyelesaikannya dengan lancar.


Bersyukur banget bisa bertemu dengan beliau di awal-awal semester jadi keburu untuk melakukan hal-hal yang berharga dan bermanfaat, gue kadang mikir kayanya alesan gue sampai ke Cimahi untuk bertemu beliau dan mengambil manfaat dari pribadinya.

Oh iya foto di atas gue ambil di kunjungan pertama yang ada kejadian telat, pas mau balik gua berhenti sejenak kayanya momen ini perlu diabadikan, hasilnya dapat satu jepretan foto dengan kamera ponsel.


Yang penasaran teman se-frekuensi nih instagramnya @berlianaberl bisa di cek kakaknya yang selalu pakai #alwayscantik. Karena terlibat di tulisan ini doi mau di tag di akhir tulisan (ew).



*Insya Allah akan ada part III

Sunday, February 23, 2020

Rasa Baru (Bercerita Tentang Kematian)




Suatu malam tepatnya dua hari sebelum balik ke Cimahi, gue tidur di kamar pribadi seperti biasa dan melalui hari itu seperti biasa pula. Tapi selepas sholat isya perasaan beda banget dari biasanya bahkan gue bisa katakan ini adalah rasa baru selama hidup (pas ngetik tulisan ini sambil nginget-nginget kegelisahan di malam itu bikin badan lemas dan takut), rasanya aneh banget campur aduk tapi bukan kaya perasaan-perasaan nervous demam panggung. Perasaan yang berisi amarah, takut, tidak ikhlas, kecewa, ingin berontak, di tambah detak jantung yang cepat memperparah keadaan. Gak bisa digambarkan seperti apa jelasnya.


Di sisi lain hati gue mengajak diri secara keseluruhan untuk berdamai dengan perasaan saat itu. Seakan hati gue bilang; tak perlu banyak tanya dan begitu marah serta takut karena semuanya hanya tentang Tuhan yang Mahakuasa Allah subhanahu wa ta’ala. Hati gue masih lanjut bicara, bahkan membentak; siapa kamu seakan tidak ikhlas jika harus berpulang malam ini, jiwa dan raga kamu adalah milik-Nya. Tuhanmu berhak meminta kamu pulang kapan pun bahkan sekalipun kamu memiliki alasan yang sangat mendesak.

Malam itu gua berusaha sekeras mungkin berdamai dengan diri mengikhlaskan semuanya, merendahkan diri serendah-rendahnya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Air mata sudah sedari awal membanjiri mukena yang gue pakai untuk sholat isya sebelumnya.

Dengan perasan demikian gue menyimpulkan dengan sangat takut bahwa keesokan subuh bisa saja gue gak bangun lagi seperti biasa untuk selama-lamanya (meninggal dunia). Sebelum tertidur gue membuat sebuah catatan kecil yang bisa dikatakan sebagai wasiat untuk keluarga tentang pengurusan jenazah gue nanti, selain itu ada permohonan maaf kepada semuanya. Setelahnya gue memutuskan tidur menggunakan mukena, dengan tujuan jika nanti subuh ditakdirkan tidak bangun lagi, setidaknya aurat tetap terjaga meskipun tubuh sudah tak punya kendali lagi untuk menjaga sambil beristighfar hingga terlelap.

---

Pejaman mata terbuka, gue masih sangat ingat apa yang terjadi sebelum tertidur. Saat itu melihat jam berada di sepertiga malam tepatnya satu jam sebelum masuk waktu subuh, bahagia dan sangat bersyukur ternyata gue masih bisa menunaikan ibadah sholat subuh. Karena ada waktu untuk tahajud, gue gak mau kehilangan kesempatan yang siapa tahu itu menjadi tahajud terakhir. Keluar kamar minum segalas air dan ambil wudhu lalu sholat. Hingga selepas sholat pun gue masih menyimpulkan bahwa sepertinya subuh kali ini akan menjadi yang terakhir. Kemudian memasuki waktu subuh seperti hari-hari sebelumnya serta waktu bergulir seperti biasa dan tidak ada apa pun yang terjadi terhadap gue. Sampai pada waktu gue sedang mengepel ruang tamu pukul 07.-- WIB (lupa spesifik lewat berapa menit) keponakan gue terburu-buru nyari nyokapnya yang ada di dapur saat itu. Hati gue deg seakan tahu berita apa yang mau dia sampaikan. Gue berdiri mematung seraya mempersiapkan diri untuk ikut mendengarkan.


Benar adanya, kabar duka menimpa sepupu gue. Tangan memegang lutut menahan lemas dan akhirnya terjatuh duduk ke lantai disebabkan kaki tak mampu berdiri. Dalam hati berkata, ternyata bukan gue atau jangan-jangan dia menggantikan gue. Perasaan sangat bersalah menyelimuti diri terhadap ibu dari almarhum. Gue bangun berjalan menghampiri kakak gue lalu menceritakan apa yang terjadi malam tadi dan menyerahkan catatan wasiat yang gue tulis. Dia menekankan bahwa memang bukan gue yang harus berpulang, tidak ada orang lain menggantikan takdir mati seseorang.

Tiba dikediaman almarhum langsung ambil posisi duduk di samping kirinya. Semua orang menangis, tapi tidak dengan gue. Masih tidak percaya dengan yang terjadi. Sambil membaca Alquran sesekali mengingat apa yang terjadi malam itu dan membayangkan diri sebagai yang terbaring di depan keluarga, hati masih bilang seharusnya gue bukan dia (rasa bersalah masih ada).

Almarhum usianya masih sangat muda hanya beda beberapa tahun dengan gue, dia saat itu sedang berada di semester akhir kuliahnya dan sedang menyusun skripsi untuk bisa mendapatkan gelar sarjana. Tapi seperti yang kita tahu maut datang tiba-tiba.

Peristiwa kala itu sangat memberikan pelajaran besar jangka panjang. Memotivasi untuk membenahi kehidupan dan terus mengajarkan diri hidup ikhlas lillahita'ala.

Gagal Flight


Pagi-pagi [2018/12/03] Berlin chat ngajak beli tiket promo Jakarta Singapore dan Kuala Lumpur Jakarta (tiket pp) tapi berangkatnya setahun kemudian tepatnya 2020/01/13-16. OKAY, cus beli tiket pp tersebut.

Tiket Pesawat Pergi
Tiket Pesawat Pulang

Masuklah Januari 2020, gue dan Berlin prepare buat berangkat. Pilih-pilih penginapan untuk di booking, bikin list tempat yang mau dikunjungi dan transportasi apa saja yang akan digunakan nanti. D-2 Berlin chat bahwa dia gak bisa berangkat karena ada kendala di kerjaannya. Awalnya masih ragu mau lanjut berangkat sendiri atau batal, tapi tiketnya sayang banget akhirnya gua putuskan berangkat sendiri. D-1 siang gue booking penginapan lewat traveloka dan malamnya packing simple aja cuma pakai backpack dan besok siang gue berencana ke money changer untuk tukar uang. 

Tiket Booking penginapan

Senin pagi masih sibuk sendiri dikamar sama laptop dan hp, sampai suatu ketika gue mau lihat jam di hp dengan cara swipe layar dari atas ke bawah. Sebelum mata tertuju ke jam, pandangan malah lihat ke tanggal terlebih dahulu yang ada di bawah tulisan jam dan tertulis tanggal 13 Januari 2020 menunjukan pukul 07.16 WIB. Kaget bukan main, sumpah. Dari awal beli tiket 2018 lalu gue sangkanya 13 Januari 2020 itu SELASAInilah yang dinamakan kebodohan hakiki, alhasil ngakak sejadi-jadinya karena rencana sudah begitu matang Mhuahaha.

Kalau pun harus memaksakan pergi udah telat banget karena belum siap-siap (masih dikasur coy), belum tukar uang, di rumah gak ada siapa-siapa yang buat anter ke pool damri atau ke stasiun atau bahkan langsung ke Soetta. Gue pun sempat langsung googling adakah kemungkinan bisa gak ketinggalan pesawat. Saat itu hanya ada dua opsi untuk ke soetta yaitu naik railink atau naik damri. Sekeyakinan gue paling aman adalah pakai railink, tapi stasiun terdekat yang masuk rute railink hanya stasiun Manggarai; yang mana gue harus ke stasiun terdekat dulu untuk naik krl menuju Manggarai. Waktu tempuh ke stasiun terdekat dari rumah kurang lebih 30 menit-an. Kalau gue berangkat pukul 08.00 WIB ke stasiun terdekat jadwal paling cepat naik krl ada di pukul 08.45 WIB dan akan tiba di stasiun Manggarai di pukul 09.47 WIB. Lanjut ke jadwal railink tercepat dari manggarai ada di pukul 10.10 WIB dan akan tiba di stasiun bandara Soetta pukul 11.00 WIB.

Jadwal Railink Manggarai - Soetta

Mana ada yang namanya keburu paul, jadwal flight aja pukul 11.10 WIB, belum dari stasiun bandaranya naik lagi kalayang untuk ke terminal 2, terus check-in, imigrasi dan bla bla bla. Lagian mana bisa check-in dan imigrasi kurang dari 10 menit take off, yang ada boarding time sudah habis pesawatnya udah masuk jalur, dan gue mempermalukan diri sendiri. Apalagi pilih opsi naik damri waktu tempuh dari pool damri terdekat ke soetta kalo beruntung lo bisa makan waktu 3 jam, belum lagi kalau ada macet dan lain-lain waktu tempuh bisa 4 jam. Nyerah deh mari tertawakan saja. Pas tahu bakal ketinggalan pesawat, gue chat teman-teman untuk ajak mereka mentertawakan kebodohan manusia satu ini.

Pas papi hulk balik gue cerita salah kira hari flight dan kasih tahu doi uang hangus begitu saja. Sebenarnya masih bisa selamatkan tiket balik Kuala Lumpur – Jakarta, dengan beli tiket pergi baru untuk Jakarta – Kuala Lumpur di tanggal 14 Januari 2020 jadi gak perlu ke singapore dulu biar penginapan yang sudah dibooking pun bisa di pakai. Tapi pas minta izin, papi hulk bilang udahlah biarin aja lain waktu berangkatnya, mungkin Allah emang gak izinin gue pergi dan rezeki mah masih banyak. Nasi sudah menjadi bubur, belum lagi gue jadi bahan bully orang rumah (poor mo).  

Friday, February 21, 2020

Dr. Sutejo Atmowasito Part I


Alm. Dr. Sutejo Atmowasito


Pertama kali bertemu beliau 2018 di semester dua, ada beberapa teman mengeluhkan tentang beliau, karena usianya sudah lanjut namun masih mengajar dan cara mengajarnya pun bagi sebagian orang terlalu memberatkan.


Cerita sedikit.


Sejak SMP gue punya spesifikasi sendiri mengenai idealisme tenaga pendidik seperti apa yang gue ingin dan butuhkan. Hitungan jari yang gue senang termasuk beliau Bapak Dosen Dr. Sutejo, karena beneran memberikan pengaruh dalam perkembangan berpikir, cara pandang dan sikap gue.

Sudah pasti sangat menghargai mereka semua yang telah berkontribusi terhadap pengetahuan gue. Pun tidak lupa bahwa tugas menjadi guru tidak mudah. Gue butuh pendidik yang bertanggung jawab atas tugas dan fungsi sesungguhnya. Bukan yang hanya sekedar memberikan materi atau tugas di kelas, melainkan mendorong peserta didik untuk semakin kritis atas setiap hal yang terjadi. Menanamkan motivasi bahwa semua mampu berkontribusi baik untuk diri dan sekitarnya. Membantu menumbuhkan kepercayaan diri untuk berani menjadi berbeda dari sekitar. Dan banyak hal lainnya yang gue rasa gak dapat itu di sekolah, padahal sangat-sangat dibutuhkan.


Semester dua lalu adalah kelas pertama dengan beliau dan gue langsung menyukai semuanya; cara pandang, pengalaman, prinsip, dan kesungguhan dalam mencerdaskan mahasiswanya sungguh penuh dedikasi. Meski usia sepuh beliau memberikan kualitas ilmu dan pengarahan yang baik. Keinginan berbincang secara personal tentang banyak hal berharap bisa gue lakukan. Banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang pop up gitu aja ingin segera disampaikan. Belum lagi diskusi topik-topik yang berat, percayalah teman-teman berpikir itu luar biasa menyenangkan (not for math). Wejangan-wejangan pun ingin gue dapat dari beliau yang pasti bisa menambah pembekalan perjalanan hidup.

Mendengar berita berpulangnya beliau bagai kehilangan keluarga. Ada kesedihan tersendiri apalagi mengingat masih banyak tindakan yang butuh pantauan dari beliau.

Semoga Allah subhanahu wa ta’ala menerima amal ibadah beliau dan ditempatkan disisi-Nya. Mudah-mudahan kedepan bisa dipertemukan dengan banyak orang yang memberikan dampak positif seperti halnya beliau.

*Part II akan cerita detail mengenai berhasil terwujudnya keinginan-keinginan terhadap berliau.